Ketua PC GP Ansor Surabaya Ingatkan Ayat Walyatalatthof
Gus Nur Minta Maaf Tak Bisa Jaga Emosi dan Lisan

Sugik Nur Raharja alias Gus Nur saat bersalaman dengan ketua PC GP Ansor Surabaya HM Farid Afif didampingi jajaran pengurus Ansor dan Banser Surabaya di kantor PCNU Surabaya, jalan Bubutan (foto/tis)
SURABAYA - Sugik Nur Raharja yang akrab disapa Gus Nur akhirnya minta maaf dihadapan pengurus PC GP Ansor Kota Surabaya jika selama ini penyataan keras dan sikap yang kurang sopan diunggah dan viral di media sosial menyudutkan NU, GP Ansor dan Banser secara organisasi. Padahal niatan dirinya itu sebenarnya ditujukan hanya pada personal kiai dan anggota GP Ansor.
"Intinya kami sudah baik, ojo diplintir-plintir maneh. Saya akan memperbaiki diri saya sendiri sebab kita tak bisa merubah orang lain kalau tidak dari kita sendiri. Wis anggepen aku sing salah, aku tak berubah. wis ojo diplintir-plitir lho yoh," terang Sugik usai menghadiri tabayyun di kantor PCNU Kota Surabaya, Selasa (23/10) kemarin.
Kendati demikian dalam forum tabayyun, Sugik terkesan enggan memberikan klarifikasi terhadap pertanyaan yang dilontarkan anggota GP Ansor Surabaya. Bahkan dia berdalih sebenarnya tabayyun di Surabaya ini tak perlu ada karena sudah dijawab dalam forum tabayyun di Semarang beberapa waktu lalu.
Namun kasus video tersebut, lanjut Sugik sudah dilakukan tabayyun di Semarang pada 2017 lalu. Bahkan sudah dilakukan tanda tangan bermaterai di surat kesepakatan bersama yang dihadiri Kapolres Semarang. "Tapi baru sehari setelah tabayyun itu, di Medsos akun saya dibully dan dicaci habis-habisan oleh Ansor dan Banser Tegal, Madura, Deny Siregar hingga Guntur Romli. Padahal dalam kesepakatan katanya hasil kesepakatan tidak disebar-sebarkan," kesal Sugik.
Ia mengakui sebelum datang kesini juga minta saran Cak Nun. Bahkan dia menyarankan supaya lokasi tabayyun sebaiknya tidak di kantor PCNU Kota Surabaya agar bisa netral. "Saya kesini juga didampingi dua orang pengacara dan seorang wartawan yang sengaja saya bawa sendiri sehingga tabayyun ini bisa disiarkan langsung (live)," beber Gus Nur
Soal kasus pengajian di Mulyorejo Surabaya yang gagal, lanjut pemilik pondok pesantren di Palu Sulawesi ini menduga akibat ulah persekusi Banser atau aparat kepolisian. Sebab menurut penuturan panitia lokasi pengajian dijaga sekitar 50 polisi bersenjata laras panjang.
"Habis Subuh saya didatangi ke hotel oleh teman-teman FPI yang siap mengawal sampai pengajian selesai. Tapi karena panitia khawatir sehingga terpaksa saya live minta maaf ke orang-orang yang sudah hadir di hotel. Saya ini salah apa kok mau pengajian saja tidak boleh," jelas Sugik.
Di tambahkan, sejak 1998 dia sudah melakukan dakwah pengajian hingga sekarang. Bahkan bisa membikin pesantren yang santri ada 200 orang beserta para ustadnya yang digratiskan semua di Palu. "Saya bukan anak kiai dan tidak pernah mondok. Bapak saya pendekar dan ibu saya jualan nasi rawon. Kalau memang keberatan dengan sebutan Gus, saya ikhlas akan saya copot sebutan itu. Bahkan kalau NU dan Ansor keberatan dengan saya dan dianggap musuh, silahkan cabut keanggotaan saya dari NU, biar jadi Islam saja bukan NU, Muhammadiyah atau ormas islam lainnya," sindir Sugik.
Kalau dakwah yang dilakukan salah, Sugik juga minta ditunjukkan mana kesalahannya. Sebab kalau tidak benar, kenapa undangan pengajian semakin banyak sehingga dia jarang pulang. Bahkan para habaib juga kerang mengundang dia ceramah. "Kalau pengajian saya jelek, kenapa makin ramai undangan pengajian saya. Saya tak keberatan berhenti jadi penceramah tapi kenapa justru umat malah membutuhkan saya," dalihnya.
Dalam forum tanya jawab yang dimoderatori Wakil ketua PC GP Ansor Surabaya, Dodik. Kasetma Banser Surabaya, Hasyim Asy'ari mengatakan bahwa Gus Nur dulunya dakwah lewat ceramah dalam kubur tidak ada yang mempersoalkan. Namun semenjak berubah, dakwahnya menjadi kasar sehingga banyak mendapat kritik.
"Perbedaan itu rahmat, kalau tak suka sama seseorang jangan umbar omong lewat medsos sebab sebagai tokoh panutan itu tak patut. Jangan sampai unggah video kementasi seseorang tanpa tabayyun lebih dulu, itu sama provokasi dan ujaran kebencian," tegas Hasyim.
Senada, Ketua Rijalul Ansor Kota Surabaya, M Mundir menambahkan kalau tabayyun di Semarang itu sudah berakhir, kenapa Sugik masih mengunggah video menghina banser. Apalagi yang dikomentari itu menyangkut kasus Felix Siau di Pasuruan yang tak ada sangkut pautnya. "Tabayyun di Semarang itu ditandatangani 16 Oktober 2017. Kasus Felix itu 4 November dan kasus Mulyorejo itu Desember 2017. Jangan mutar balikkan fakta, kami hanya ingin tabayyun soal Surabaya saja," tegasnya.
Masih di tempat yang sama, Agus Fathul Qodir dari Aswaja Center Jatim menilai mayoritas Ansor dan banser adalah seorang santri sehingga menjaga marwah kiai, NU secara organisasi adalah bagian tugas mereka. Karena itu dia menyarankan supaya Gus Nur dalam berdakwah menggunakan ilmu yang ada dalam kitab Ihya Ulumuddin karangan Imam Ghozali.
"Maksiat yang paling besar itu melalui lisan (ucapan). Tulisan atau video yang diunggah di media sosial itu juga tergolong lisan. Kalau orang mukmin itu sebelum bicara hatinya dulu yang bicara. Sebaliknya kalau orang munafik mulutnya didahulukan daripada hati. Kalau hati yang dikedepankan, pasti akan mempertimbangkan manfaat dan mafsadatnya," jelas Fathul.
Menurutnya KH Said Agil Siraj adalah simbol PBNU, kalau tidak senang secara pribadi jangan sangkutpautkan dengan organisasi NU sebab yang tidak terima akan banyak. Memahami Alquran itu tidak semua orang bisa sehingga perlu ulama (guru) agar kalau berdakwah tidak provokatif. "Kami tidak mau menghabisi Gus Nur tapi justru mau meluruskan sebab Ansor sayang dengan Gus Nur. Masalahnya hanya takhafadul lisan, mari kita sama-sama menjaga umat Islam supaya tetap rukun dan aman," imbuhnya.
Penolakan NU, Ansor dan Banser terhadap pengajian Felix Siau, kata Fathul lantaran ada indikasi kuat bahwa dakwahnya dapat membahayakan keutuhan umat. "Sekarang ini banyak pihak yang ingin merongrong bangsa Indonesia, salah satunya melalui isu agama dan yang dijadikan sasaran adalah NU. Kami khawatir Gus Nur sengaja dijadikan sebagai alat propaganda untuk melemahkan NU," tambahnya
Ia juga kurang sepakat dengan Gus Nur yang dinilai terlalu melebih-lebihkan jasa dan perjuangannya terhadap dakwah Islam baik dengan menyatakan biaya sendiri saat berdakwah, membuat pesantren dan menggratiskan para santri serta mendatangkan dan membayar seluruh ustad yang mengajar di pesantrennya. "Perjuangan dakwah beliau memang besar dan diakui banyak orang. Tapi kalau sudah pamer dan melebih-lebihkan dalam ilmu tasawuf itu tak diperbolehkan sebab bisa menghabiskan seluruh kebaikan yang sudah dilakukan," imbuhnya.
Sementara itu Ketua PC GP Ansor Kota Surabaya, HM Farid Afif menegaskan bahwa forum tabayyun ini adalah silaturrahim sekaligus kami ingin mengerti arah berfikir ustad Sugik ini dan ingin klarifikasi beliau terkait video-videonya yang diunggah di youtube dan media sosial terkait menghina-hina NU, Ansor dan Banser dan lain sebagainya
Walaupun belum ada titik temya tapi kita sudah saling minta maaf kalau memang punya salah, Ansor dan Banser Surabaya minta maaf dan tidak akan mengulangi lagi perbuatan-perbuatan yang memang kasar, jorok dan kata-kata tak patut. "Mudah-mudahan itu juga dilakukan oleh ustadz Sugik. Walaupun dalam forum tabayyun ini tidak ada titik temu yang jelas karena pembahasan terlalu melebar dan tidak bisa fokus terhadap persoalan di Kota Surabaya," jelas Afif. (tis)
Editor :Try Wahyudi Ary Setyawan
Source : -