Apa Kabar Tugu Hitung Mundur 2020 untuk Ekspos Ledakan Ekonomi Positif?
Tugu Hitung Mundur 2020 untuk Ekspos Ledakan Ekonomi Positif di Riau
PEKANBARU - Masih ingat dengan dimulainya era reformasi pada 1998? Ketika itu "ledakan" ekonomi menjurus pada krisis moneter. Gejolak tak tertahankan. Kerusuhan terjadi di berbagai wilayah Tanah Air membuat ibu kota menangis. Sejarah itu tercatat dalam benak insan negeri.
Dimulainya era reformasi waktu itu menjadi catatan sejarah perjalanan bangsa. Sayangnya, ketika itu tidak ada yang memprediksi keterpurukan ekonomi Indonesia yang begitu dahsyat. Wajar tidak ada tugu countdown yang menghitung mundur kehancuran ekonomi masa itu.
Era reformasi memberikan angin segar bagi perjalanan demokrasi bangsa. Beberapa tahun kemudian setelah gejolak reformasi, negara ini memasuki "musim" demokrasi langsung (direct democracy) yang bertahan cukup panjang, sepuluh tahun. Ketika itu, Susilo Bambang Yudhoyono, saat menjabat Presiden Indonesia agaknya tidak memerlukan tugu hitung mundur setelah kondisi ekonomi di berbagai daerah terus membaik.
Kini, bangsa ini memasuki era kebangkitan yang disebut revolusi, masih pada jalur demokrasi dengan upaya penataan sistem pemerintahan. Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wapres Jusuf Kalla ingin melakukan perubahan sosial dan kebudayaan secara cepat karena menyangkut dengan pokok-pokok kehidupan masyarakat. Seperti diketahui, sosial dan budaya sangat erat kaitannya dengan ekonomi. Itu karena, hak-hak ekonomi, sosial dan budaya merupakan bagian tak terpisahkan dari hak asasi manusia.
Untuk mewujudkan percepatan kebangkitan ekonomi, Pemerintah Pusat membutuhkan dukungan seluruh pemerintah di daerah. Salah satunya dengan membangun berbagai infrastruktur yang erat kaitannya dengan perekonomian.
Dan, Riau telah memulainya. Bahkan provinsi di Pulau Sumatera ini memiliki visi misi menjadikan Riau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara pada 2020. Tugu countdown dibangun dalam sebuah harapan, layaknya Pekan Olahraga Nasional (PON) saat dilaksanakan dimasa kepemimpinan Gubernur Rusli Zainal di masa lalu.
Hitung Mundur
Seluruh elemen masyarakat kini sedang menghitung mundur tercapainya visi misi untuk Riau menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara. Dan untuk mencapainnya, Pemerintah Provinsi Riau memulainya dengan membangun berbagai infrastruktur penunjang, salah satunya jalan.
Infrastruktur jalan yang dimaksud meliputi jalan penghubung dalam kota, antar kota, antar kabupaten, jembatan, hingga jalan bebas hambatan, listrik dan infrastruktur kepentingan publik lainnya.
Salah satu paling megah yang menjadi master plan pengembangan infrastruktur Riau adalah mewujudkan pembangunan jalan tol Pekanbaru-Dumai. Selain mempercepat pertumbuhan ekonomi, jalan tol ini bakal memudahkan masyarakat dalam melakukan perjalanan darat ke berbagai daerah.
Rencana pembangunan jalan tol Pekanbaru-Pekanbaru sudah berlangsung cukup lama. Dirjend Bina Marga, Hediyanto W Husain mengatakan pembangunan jalan tol Pekanbaru - Dumai akan menghabiskan total anggaran sebesar Rp 15 triliun yang berasal dari APBN tahun 2015 dan tahun 2016.
Menurut dia anggaran itu sudah dikalkulasikan dalam semua proses pengerjaan pembangunan jalan tol. Mulai dari anggaran pembebasan lahan, pembuatan ground breaking, hingga pembangunan jalan fisik selesai.
Pembangunan Tol Pekanbaru-Dumai nantinya menggunakan lahan sepanjang 129 kilometer dan diperkirakan akan menghabiskan waktu hingga tahun 2018. "Kalau tidak ada kendala, rencananya pembangunan tol akan selesai pada tahun 2018. Tapi menurut pengalaman sebelum-sebelumnya, pembangunan selalu selesai lebih dulu ketimbang yang dijadwalkan," kata Hediyanto.
Plt Gubernur Riau mengatakan, keberadaan jalan tol Pekanbaru-Dumai merupakan hal yang sangat penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi di dearah yang juga akan mendukung Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
MP3EI menjadi salah satu penunjang mewujudkan Riau sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara pada 2020. Berbagai pembangunan infrastruktur yang sedang digesa, tidak hanya tol, namun juga akses ke berbagai kawasan industri seperti Tanjung Buton dan lainnya. Tujuannya adalah untuk percepatan pertumbuhan ekonomi.
Selain memiliki misi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, Riau juga berupaya untuk menjadi kiblat utama budaya Melayu di Asia Tenggara pada 2020. Itu yang disebut sekali tangguk lebih satu ikan didapat.
Tugu countdown peninggalan Rusli Zainal juga bisa diaktifkan kembali untuk menghitung mundur, menantikan ledakan ekonomi positif di 2020 untuk membayar kekalahan ekonomi pada 1998. Semoga!
(nusapos.com/Andra/rls)
Editor :Tim NP