Melawan Lupa - Tetap Waspada akan Kabut Asap
Masih Segar dalam Ingatan, Kita Berusaha Memadamkan Api di Hutan
Pekanbaru - Alhamdulillah, sekitar 4 pekan, wajah Pekanbaru dan beberapa daerah di kabupaten di Propinsi Riau sudah dengan udara
yang segar sehat, langit terlihat biru, awan putih menggumpal, serta aktivitas penerbangan di bandara udara Sultan Syarif Qasim II benar-benar beraktivitas seperti biasa. Ditambah lagi, turunnya hujan deras rata-rata hampir setiap hari. Kita semua patut mensyukuri rahmat dari Alloh SWT, berupa hujan yang membersihkan udara dan menghentikan musim kemarau yang cukup panjang.
Sejenak kita mengingat bulan Oktober 2015 lalu, berita ini diturunkan Senin, 23 November 2015, betapa sedihnya anak-anak tidak
dapat berangkat sekolah, sekolah diliburkan agar tidak terkena dampak kabut asap. Betapa mahal udara bersih dan segar saat itu.
Masyarakat Riau yang memiliki keuangan yang lebih, bisa membeli tabung oksigen untuk keluarganya,namun sampai bila itu bertahan, sebab suatu saat akan habis. Masyarakat Riau, serta propinsi tetangga kita, Jambi dan Sumatera Selatan, menggugah rasa haru akan penderitaan dampak kabut asap, tidak sedikit bantuan dan hibah masker N95 dan NP305 serta tabung oksigen dan susu bubuk untuk para bayi balita berdatangan dari para simpatisan dan donatur di propinsi lain, bahkan dari Jepang dan beberapa negara yang tergerak hatinya untuk membantu masyarakat INdonesia yang terkena dampak kabut asap.
Fakta korban berjatuhan di depan kita, walaupun tidak langsung kita saksikan melalui media sosial atau layar kaca televisi, mulai
dari bayi, balita, anak-anak, maupun dewasa, perempuan atau laki-laki. Kemungkinan besar jika didata secara cermat, boleh jadi
lebih dari 5 orang korban dampak kabut asap. Cukuplah ini yang terakhir dialami Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur. Peristiwa ini hendaklah menjadi pelajaran bagi kita semua. Kelak kita harus antisipasi dari saat ini, dari sekarang!
Beberapa orang relawan yang sudah terlibat dalam tindakan preventif di lapangan agar dampak kebakaran lahan dan hutan tidak
menyebar dan berketerusan, di antaranya telah bergabung dalam komunitas Riau Melawan Asap atau dengan akun RiauMelawanAsap di media sosial facebook, twitter, juga beberapa jenis media sosial lainnya.
Seorang teman bernama Seto, dengan pengalamannya di Kabupaten Pelalawan, di sekitar Pangkalan Kerinci, lahan dan hutan yang
pernah terbakar, hampir berdekatan hektar pernah terjadi. Polisi yang biasanya turun tangan berupaya memadamkan api, sambil
menghubungi pemadam kebakaran. Pohon=pohon yang sudah ditebang sebenarnya bisa diantisipasi dengan tidak membakar sisa pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit, cukup dengan mengumpulkan potongan-potongan ranting dan batang pohon yang dikumpulkan dengan menggunakan mesin forklift kemudian ditimbun ataupun dipindahkan dengan tronton ke lokasi lain.
Keadaan hutan tidak bisa ditebak pada musim kemarau, apakah terjadi karena lahan gambut, atau ada pihak perusahaan yang rutin
mencari lahan untuk menanam kelapa sawit, yang menjadi penyebab kebakaran di hutan. Polisi hutan, warga kampung terdekat dengan lahan atau hutan, polisi, TNI, serta kementerian kehutanan harus berperan serta dalam menjaga kelestarian hutan yang tinggal beberapa ratus ribu hektar lagi.
Daya upaya masyarakat (rakyuat) Indonesia yang terkena dampak kebakaran hutan dan lahan, serta pemerintah tidak sanggaup untuk mengatasi masalah ini. Tindakan pencegahan menjadi agenda utama yang harus dilakukan pleh pihak perusahaan-perusahaan yang pasti menggunakan hutan sebagai komoditi bisnisnya. Tidak ada atti sukses triliunan, apabila telah jatuh korban nyawa dari rakyat jelata.Pihak perusahaan harus segera menghentikan pemanfaatan hutan sebagai lahan penanaman kelapa sawit, serta kegiatan merambah hutan secara ilegal.
(nusapos.com/Andra)
Editor :Tim NP